MAKALAH
RIWAYAT HIDUP NABI ZAKARIA A.S
Mapel Aqidah Akhlaq
Nama : Winda Aprilia Putri
Kelas : XI
MTS AL IKHLAS NEGLASARI
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatuwahi wabarokaatu, segalah puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT,karna
atas segalah rahmat dan hidayahnya sehingga makalah agama ini bisa
terselesaikan.tak lupa sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan
Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya
sampai akhir zaman amin ya robal alamin.
Berkat
rahmat allah yang maha kuasa kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan salah satu tugas dari ibu guru bidang studi agama tentang “sejarah
hidup nabi Zakaria A.S”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak sekali terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini dan kepada ibu guru agama yaitu ibu ani. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya pada dunia pendidikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….
BAB II
1.1
PENGANTAR…………………………………………………………………………..
1.2 KEHIDUPAN NABI
ZAKARIA……………………………………………………….
1.3 DAKWAH NABI
ZAKARIA…………………………………………………………..
1.4 DO’A ZAKARIA UNTUK MEMPEROLEH
ANAK………………………………….
1.5 KABAR KELAHIRAN NABI
YAHYA……………………………………………….
1.6 RIWAYAT TENTANG KEMATIAN NABI
ZAKARIA……………………………..
1.7 WASIAT NABI ZAKARIA DAN NABI
YAHYA……………………………………
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I
Pendahuluan
Sejarah
merupakan sumber pembelajaran bagi umat manusia bagi masa sekarang dan masa
depan, untuk tidak melakukan kesalahan atau perbuatan yang menyebabkan
kerusakan yang pernah dilakukan pada masa lalu. Karena sejarah memberikan
gambaran sebab akibat suatu hal, juga memberikan manusia inspirasi untuk
berusaha menjadi yang terbaik.
Dan sama
halnya dengan fungsi shiroh nabi, dituliskan dan diceritakan di
dalam Al-qur’an
sebagai sarana untuk pembelajaran dan evaluasi agar kita tergolong orang-orang
yang selalu berada di jalan-Nya yang selalu melakukan amalan-amalan baik, yang
selalu mengingat-Nya, bukan malah tergolong orang-orang yang merugi yang
merusak. Maka dari itu sangat harus bagi umat muslim memepelajari akan shiroh-shiroh
nabi dari yang diceritakan secara lengkap dalam Al-Qur’an hingga yang
tersirat di dalam Al-Qur’an. Rasul dan nabi yang wajib diketahui ada 25, dan
dari masing-masing shirohnya terdapat hikmah yang sangat berharga untuk dipetik
oleh kita.
Karena
pada realitanya sekarang shiroh nabi hanya dianggap dongeng belaka atau malah
cerita selingan masa lalu yang tak ada artinya. Sungguh sangat disayangkan,
padahal bila dikaji ulang lebih jauh lagi problematika yang terjadi saat ini di
dunia ini,semuanya pernah terjadi pada kehidupan nabi-nabi pada zaman dahulu.
Dan solusinya jelas telah terbukti ampuh untuk menyelesaikan masalah-masalah
tersebut. Lalu mengapa umat manusia tidak mau belajar dari shiroh-shirohnya?.
Beranjak
dari pemikiran di atas maka diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu
umat muslim untuk lebih mengenali, memahami, dan mengambil hikmah dari
shiroh-shiroh nabi yang ada. Agar kita tidak lagi menjadi orang yang tidak tahu
apa-apa mengenai sejarah Islam sebagai salah satu jalan untuk mencapai
ridho-Nya.
BAB II
I.I Pengantar
Para nabi dan rasul adalah pemimpin kebenaran dan tonggak ketakwaan yang
telah dipilih Allah dari seluruh makhlukNya. Mereka adalah suri teladan yang
sempurna, tanda keagungan Allah, serta panutan bagi orang yang teguh dan yang
merenungi kebesaranNya. Jalan hidup mereka menggambarkan keimanan yang nyata dalam
berbagai bentuknya, seperti kesabaran, keberanian, pengorbanan, dan penebusan. Allah
SWT berfirman,
“Sungguh, pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS
Yusuf 12 : 111)
Tatkala setan selalu berusaha menjerat manusia, Allah SWT mengutus para
nabi dan rasulNya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Hal ini
bertujuan agar manusia tidak memiliki alasan lagi setelah datangnya para Rasul.
Allah SWT menguatkan mereka dengan berbagai mukjizat yang agung dan beragam
dalil serta bukti yang jelas dan nyata, seperti firmanNya,
“Sungguh, Kami
telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan
bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.”
(QS Al Hadid 57
: 25)
Setelah menegaskan kedudukan para nabi dan rasul dalam kehidupan kita,
Allah SWT menjadikan keimanan kita kepada mereka sebagai salah satu fondasi
iman, sebagaimana firmanNya,
“Katakanlah,
‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan
kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun
diantara mereka dan kami berserah diri kepadaNya,’” (QS Al Baqarah
2 : 136)
Bahkan Allah SWT menjadikan orang
yang mengingkari mereka sebagai orang kafir (QS An Nisa 4 : 136). Mereka para insan pilihan sebagian
telah disebutkan di dalam Al Qur’an atau Hadits. Allah SWT berfirman,
“Itulah
keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami
tinggikan derajad siapa yang kami kehendaki. Sesungguhnya Rabbmu Maha
Bijaksana, Maha Mengetahui. Dan kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub
kepadanya. Kepada masing-masing telah kami beri petunjuk dan sebelum itu Kami
telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada sebagian dari keturunannya
(Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah,
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan, Zakaria, Yahya,
Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. Dan Ismail, Ilyasa’,
Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajadnya) di atas umat lain
(pada masanya),”
(QS Al An’am 6
: 83-86)
Nama
Nabi
|
Zakaria atau Zakariyya atau
Zakariy
|
Nasab
|
Zakaria bin Dan bin Muslim
bin Shaduq bin Hasyban bin Dawud bin Sulaiman bin Muslim. Nasabnya sampai ke
Rahab’am bin Sulaiman (paling mahsyur)
|
Perkiraan
Periode Sejarah
|
91 SM – 31M
|
Perkiraan
Tahun diutus
|
2M
|
Profesi
|
Tukang kayu
|
Sebutan
Kaumnya
|
Bani Israil
|
Tempat
Diutus
|
Palestina
|
Penyebutan
di dalam Al Qur’an
|
8 kali
QS Ali Imran : 37-38; QS Al
An’am : 85;
QS Maryam : 2 dan 7; QS Al
Anbiya : 89
|
Keturunannya
|
Nabi Yahya as
|
Peninggalan
& bukti-bukti kenabian
|
Nabi Zakaria menanggung beban
dan merasa kesulitan saat menyampaikan kebenaran kepada umatnya hingga
tulangnya menjadi lemah dan rambutnya dipenuhi uban. Lantas, padausianya yang
renta, Zakaria memohon kepada Allah agar diberi seorang anak yang akan
membantunya meneruskan dakwah di jalan Allah. Allah mengabulkan permohonan
itu dengan menganugrahkan Yahya.
|
Tempat
wafatnya
|
Halab (Aleppo), Syria*
|
1.2 Kehidupan Nabi Zakaria
Nabi Zakaria as hidup di masa Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa as. Dia
merupakan suami dari saudari Maryam, Isyba’. Ada juga yang meriwayatkan bahwa
Zakaria adalah suami dari bibi Maryam. Dikisahkan bahwa ibunda Maryam, Hannah,
tidak memiliki keturunan. Lalu ia bernadzar jika suatu hari nanti mengandung,
maka ia akan menjadikan anaknya sebagai pengabdi di Baitul Maqdis. Lantas ia
pun mengandung dan melahirkan Maryam. Maryam berada dalam pemeliharaan Nabi
Zakaria dan ia menempatkan Maryam di kamar khusus untuk beribadah di masjid.
Tidak ada yang dapat memasuki kamar itu kecuali Maryam.
Nabi Zakaria as memiliki seorang keturunan yaitu Nabi Yahya as. Nabi Yahya
adalah sepupu Nabi Isa as. Nabi Yahya as tumbuh dalam kehidupan yang baik,
wara’, takwa, dan menjaga kehormatan diri, menjauhi kemewahan dan kenikmatan
dunia. Pada usia mudanya, Nabi Yahya as sering berlindung di gurun, memakan
belalang untuk menahan lapar, dan merasa cukup dengan rezeki yang diberikan
oleh Allah kepadanya. Selain itu, dia juga banyak beribadah, seorang pemimpin,
dan wafat dalam keadaan syahid.
Makam Nabi Zakaria dapat dijumpai di sebuah masjid jami’ di Halab (Aleppo),
Syria. Ada yang berpendapat ia meninggal secara wajar dan ada juga yang berpendapat
ia syahid bersama anaknya, Nabi Yahya as.
1.3 Dakwah Nabi Zakaria as
Nabi Zakaria diutus pada tahun 2M kepada Bani Israil di Palestina. Pada
periode itu, sekitar tahun 37SM, penguasa Romawi mengizinkan pembangunan kota
Palestina secara otonom. Herodes Al Adumi, seorang gubernur di wilayah al
Khalil (Hebron) menjadi raja di negara Yahudi (kerajaan selatan); wilayah yang
mengelilingi Yerusalem atau Yudea Romawi. Luas areanya sekitar 3500 mil
persegi. Saat itu, Herodes telah mampu merangkul Yahudi. Pada tahun 19 SM, dia
membangun Haikal. Negeri ini terlibat stabil dan tenteram selama masa
pemerintahannya. Dalam pemerintahannya itu, dia menggunakan nama Romawi hingga
dia wafat pada tahun 4M.
Nabi Zakaria as diutus kepada bani Israil ketika kemaksiatan, kemungkaran,
kezhaliman, dan kerusakan merajalela di kalangan mereka. Selain itu, raja-raja
kejam serta zhalim juga berkuasa di sana dan selalu berbuat kerusakan. Herodes,
penguasa Palestina adalah raja yang paling jahat dan suka melanggar. Dialah
yang memerintahkan pembunuhan Nabi Zakaria dan Nabi Yahya.
Nabi Zakaria memulai dakwah dengan mengajak kaumnya menyembah Allah dan
memperingatkan mereka tentang akibat buruknya perbuatan mereka jika tidak
segera bertaubat. Meski sudah renta dan rambutnya memutih, dia terus berdakwah
menyeru kaumnya.
1.4 Doa Zakaria as untuk
Memperoleh Anak
Nabi SAW diperintahkan Allah untuk menceritakan
kisah Nabi Zakaria as dan keadaannya ketika Allah memberikannya seorang anak
meskipun ia dan istrinya sudah lanjut usia. Kisah ini diceritakan agar dapat
menjadi teladan bagi ummat Islam untuk tidak berputus asa dari karunia dan
rahmat Allah.
“Kaaf Haa Yaa
'Ain Shaad. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu
kepada hamba-Nya, Zakaria. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara
yang lembut.” (QS Maryam : 1 – 3)
Qatadah, dalam menafsirkan ayat ini, mengatakan
bahwa Allah mengetahui isi hati manusia yang bersih dan mendengar suara
meskipun hanya di dalam hati. Sedangkan beberapa ulama salaf lain menafsirkan
bahwa Zakaria bangun di tengah malam dan bermunajat dengan suara yang pelan.
“ia berkata, ‘Ya
Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban,
dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sesungguhnya
aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang
yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan
mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya
Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS Maryam : 4
– 6)
Saat Zakaria memanjatkan doa dengan berkata, “Ya
Tuhanku, ya Tuhanku, ya Tuhanku”, mala Allah menjawab, “Labbaik, labbaik,
labbaik”. Ungkapan Zakaria “sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah
dipenuhi dengan uban” memiliki makna usia telah menggerogoti diri Nabi Zakaria
dari luar dan dalam.
Nabi Zakaria berdoa dengan penuh keyakinan, “Aku
belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku”. Nabi Zakaria
terdorong untuk memanjatkan doa ini setelah melihat keadaan Maryam binti Imran
yang selalu terpenuhi kebutuhannya di dalam mihrab, termasuk tersedianya buah-buahan
di luar musim. Nabi Zakaria menyimpulkan bahwa Allah juga pasti mampu
memberikan anak pada dirinya yang telah lanjut usia.
Al-mawali dalam doa Nabi Zakaria memiliki arti kerabat (anak-anak dari
saudara). Nabi Zakaria khawatir kerabat tersebut tidak dapat melanjutkan dakwahnya
pada bani Israil. Nabi Zakaria memohon agar ia diberikan keturunan dari tulang
sulbinya sendiri, anak yang bertakwa dan selalu menjalankan syariat Allah. Nabi
Zakaria juga berdoa mendapatkan anak yang akan mewarisi kenabian sebagaimana
pendahulunya, dari keturunan Yaqub, nabi-nabi bani Israil. Warisan Nabi Zakaria
bukanlah harta benda melainkan kenabian.
1.5 Kabar Kelahiran Nabi Yahya
as
“Hai Zakaria,
Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak
yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang
serupa dengan dia.” (QS Maryam : 7)
Ayat di atas merupakan penjelasan dari firman Allah berikut :
“Kemudian para
malaikat memanggilnya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab,
‘Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putera)
Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi panutan,
berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi di antara
orang-orang saleh’.” (QS Ali ‘Imran : 39)
Saat menerima kabar gembira ini, Nabi Zakaria terkejut sebagaimana Nabi
Ibrahim tatkala mendengar kabar kelahiran Ishaq. Dikisahkan bahwa Nabi Zakaria
saat itu berusia 77 tahun. Namun, sepertinya lebih tua dari yang disebutkan
riwayat tersebut. Istri Nabi Zakaria juga tidak subur, bahkan ketika masih
muda.
“Zakaria
berkata: ‘Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, Padahal isteriku adalah
seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang
sangat tua.’ Tuhan berfirman: ‘Demikianlah.’ Tuhan berfirman: ‘Hal itu adalah
mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu. Padahal
kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.’”
(QS Maryam : 8
– 9)
Sungguh ini adalah takdir Allah. Hal ini sangatlah ringan bagiNya.
“Maka Kami
memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami perbaiki (jadikan
dapat mengandung) isterinya. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa
kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu'
kepada kami.”
(QS Al Anbiya :
90)
Makna kata $oYósn=ô¹r& (kami perbaiki) adalah Allah menjadikan istri
Nabi Zakaria yang sudah tidak haid menjadi haid kembali. Ada juga yang memaknai
dengan “Kami perbaiki lisannya agar tidak berkata-kata kotor”. Nabi Zakaria
juga diberi tahu tanda-tanda waktu yang tepat untuk mendatangi istrinya dan
diperintahkan untuk memperbanyak dzikir di pagi dan sore hari.
“Dia (Zakariya)
berkata: ‘Berilah aku suatu tanda’. Allah berfirman: ‘Tandanya bagimu, kamu
tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat.
dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu
petang dan pagi hari’.”
(QS Ali Imran 3 : 41)
Setelah mendapat kabar gembira tersebut, Nabi Zakaria keluar dan menemui
kaumnya untuk memperlihatkan kegembiraannya.
“Maka ia keluar
dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah
kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS Maryam :
11)
Kata Óyr÷rr'sù (lalu
dia memberi isyarat) dalam ayat di atas bermakna perintah yang tersembunyi;
tidak dikatakan secara terus terang, bahkan secara tertulis. Sejumlah ulama
tafsir mengatakan lidah Nabi Zakaria menjadi kelu, namun bukan penyakit. Nabi
Zakaria dapat membaca dan bertasbih, namun tidak dapat berbicara dengan orang
lain.
Nabi Yahya as : Sifat dan Keutamaan
“Hai Yahya,
ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami berikan
kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang
mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang
bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia
dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup
kembali.”
(QS Maryam : 12
– 15)
Nabi Yahya as memiliki sifat luhur bahkan di
usianya yang masih muda. Ketika Yahya as kecil diajak bermain oleh
teman-temannya, ia menjawab, “Kita tidak diciptakan oleh Allah untuk bermain.”
“Al hanan” dalam ayat di atas bermakna kecintaan
atau sifat kasih sayang. “Zakat” bermakna bersih hati dan terhindar dari segala
sifat buruk. Sedangkan “taqiyan” adalah taat kepada Allah dengan mematuhi
segala perintah dan meninggalkan laranganNya.
Allah menyebutkan bahwa Nabi Yahya as taat dan
berbakti pada orang tuanya. Bahkan Allah menjamin keselamatan dan kesejahteraan
bagi Nabi Yahya as pada 3 waktu yang amat penting yaitu pada hari lahirnya,
hari wafatnya, dan hari dibangkitkan kembali.
1.6 Riwayat tentang
Kematian Nabi Zakaria
Wahab bin Munabbih meriwayatkan sejumlah
keterangan yang berbeda-beda tentang bagaimana Nabi Zakaria meninggal, baik
meninggal secara wajar maupun dibunuh. Keterangan pertama, Nabi Zakaria dikejar
oleh kaumnya dan bersembunyi di dalam pohon. Lalu kaumnya menggergaji pohon
tersebut. Saat gergaji hampir mengenai dirinya, Allah berfirman, “Apabila
eranganmu tidak berhenti, maka Aku akan membalikkan negerimu dan semua orang di
atasnya.” Maka Nabi Zakaria berhenti mengerang, dan ia pun terbelah menjadi
dua.
Adapun keterangan yang kedua menyebutkan bahwa
yang dibunuh di dalam pohon adalah Yesaya, sedangkan Nabi Zakaria meninggal
secara wajar.
1.7 Wasiat Nabi Zakaria
dan Nabi Yahya
Rasulullah SAW bersabda, “ Allah memerintahkan
Yahya bin Zakaria melaksanakan lima perkara dan menyuruhnya memberi tahu bani
Israil untuk menunaikan perintah tersebut. Namun, Yahya tidak segera
melaksanakan perintah itu. Nabi Isa lalu berkata, “Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan engkau menunaikan lima perkara dan memberitahukan perkara
tersebut kepada bani Israil untuk dilaksanakan. Bagaimana jika aku atau engkau
yang menyampaikannya?”
Yahya lantas menjawab, “Aku takut jika engkau
mendahuluiku, aku akan ditenggelamkan dan diazab.” Lalu Yahya bin Zakaria pun
mengumpulkan bani Israil di Baitul Maqdis hingga masjid penuh. Dia duduk dan
mulai berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku melaksanakan lima
perkara dan menyuruh kalian untuk menunaikannya juga ...
Pertama, hendaklah kalian menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan apapun.
Orang yang menyekutukan Allah diumpamakan seperti seseorang yang membeli budak
dengan hartanya yang paling bersih, emas atau uang. Dia lalu berkata kepada
budaknya, ‘Ini adalah rumah dan pekerjaanku. Sekarang kerjakanlah untukku.’
Akan tetapi, budak itu justru mengabdi dan melaksanakan perintah orang lain.
Maka siapakah diantara kalian yang rela hambanya berbuat demikian?
Kedua, Allah
memerintahkan kalian untuk mendirikan shalat. Jika kalian shalat, janganlah
berpaling karena Dia menghadapkan wajahNya kepada wajah hambaNya yang sedang
shalat selama hambaNya tidak berpaling.
Ketiga, Allah
memerintahkan kalian untuk berpuasa. Orang yang menunaikannya diibaratkan
seperti seseorang yang memiliki bingkisan dalam sebuah kelompok. Di dalam
bingkisan itu terdapat minyak kasturi. Semua orang takjub dengan keharuman
minyak tersebut. Sesungguhnya aroma mulut orang berpuasa di sisi Allah itu
lebih harum dibanding minyak kasturi.
Keempat, hendaklah kalian membayar zakat (sedekah). Perumpamaan orang yang
bersedekah itu seperti orang yang ditawan musuh, tangannya diikat ke leher lalu
lehernya hendak dipenggal. Lalu sedekah itu mendatanginya dan berkata, “Aku
menebusnya dari kalian dengan sedikit maupun banyak.” Maka dia telah menebus
dirinya sendiri dari para musuh.
Kelima, Allah
menyuruh kalian untuk mengingatNya. Orang yang mengingat Allah diumpamakan
orang-orang yang keluar dengan cepat dari tawanan musuh. Jika dia telah sampai
pada sebuah benteng yang terjaga, maka dirinya pun terjaga dari para musuh itu.
Begitu pula dengan seorang hamba, dia tidak akan terjaga dari setan kecuali
dengan berdzikir kepada Allah.”
Kemudian Nabi SAW melanjutkan, “Aku juga akan
memberitahukan lima perkara yang diperintahkan Allah kepadaku untuk
memerintahkannya kepada kalian, yaitu : untuk selalu berada dalam ajaran jamaah
(ulama salaf seperti para sahabat); untuk selalu patuh (pada penguasa yang
mengajak untuk tunduk pada Allah); untuk selalu taat; untuk berhijrah; dan untuk
berjihad di jalan Allah.
Sesungguhnya orang yang keluar dari jamaah
sejengkal saja, maka ia telah melepaskan tali kekang Islam dari lehernya,
kecuali jika ia kembali lagi ke jama’ah. Barangsiapa berprilaku jahil, maka ia
menjadi batu bakar neraka jahanam. Para sahabat bertanya, ‘Meskipun ia selalu
shalat dan puasa, ya Rasulullah?’
Nabi menjawab, ‘Ya. Meskipun orang itu selalu
shalat dan puasa. Dan janganlah kalian mengikuti kebiasaan orang-orang jahil
yang fanatik dengan suku dan memanggil dengan sebutan suku. Ia mengira bahwa
dirinya adalah muslim, padahal bukan. Oleh karena itu, panggillah kaum muslimin
dengan nama-nama yang diberikan Allah kepada kaum muslimin, yaitu “muslimin”, “mukminin”,
dan “ ’ibadallah”.
Begitulah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la
dan diriwayatkan pula oleh Tirmidzi.
DAFTAR PUSTAKA
Kisah Para Nabi, Imam Ibnu Katsir
Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Sami bin Abdullah Al Maghlouth